Rhoma pun mengakui saingannya dalam pemilihan presiden di pemilu
mendatang bukan lawan yang ringan. Namun, Rhoma tak akan mundur dan siap
bertarung dengan para pesaingnya itu. Apa pandangan Rhoma terkait para
pesaingnya itu?
Rhoma yang dijumpai Kompas.com di Jakarta
pada Selasa (13/11/2012) lalu ini pun buka suara melihat peluangnya
bersaing dengan para politisi senior. Rhoma menjelaskan bahwa dia
menghormati pencalonan kandidat kuat capres lainnya, seperti Aburizal
Bakrie, Prabowo Subianto, Jusuf Kalla, Megawati Soekarnoputri, hingga
Hatta Rajasa.
"Beliau sebagai senior-senior politik dan negarawan
ya saya hormati. Saya rasa, beliau semua pantas dan mampu untuk jadi
presiden," ujar Rhoma ketika itu.
Menjadi seorang pemimpin, diakui
Rhoma, tidak hanya dilihat dari karier politiknya. Pemimpin, lanjutnya,
tidak terlepas dari takdir. Ia pun mengutip salah satu ayat Al Quran
yang menerangkan soal kuasa Tuhan Yang Maha Esa dalam memberikan dan
mencabut kekuasaan. "Hanya pada akhirnya presiden itu takdir. Pada
akhirnya, Allah yang memberi kekuasaan dan mencabut kekuasaan itu.
Ujung-ujungnya takdir juga," ujar pemimpin grup musik Soneta Group ini.
Meski
terbilang tidak sesenior Ical ataupun Prabowo, Rhoma tidak bisa
dikatakan sebagai pendatang baru di kancah perpolitikan Tanah Air. Pada
masa awal Orde Baru, Rhoma sempat menjadi maskot penting Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) yang bernapaskan Islami. Ia juga sempat menjadi anggota DPR
mewakili utusan Golongan, yakni mewakili seniman dan artis pada tahun
1993. Pada Pemilu 2004, Rhoma Irama tampil pula di panggung kampanye PKS.
Dengan bekal karier politiknya itu dan perjuangannya selama ini melalui jalur seni dan dakwah, Rhoma pun siap terjun ke dunia politik
dan bersaing dengan para politisi senior itu. "Saya siap berkompetisi
dengan beliau-beliau. Kalau tidak siap berkompetisi, saya tidak akan
menyatakan maju," ujarnya tegas.
Raut wajah Rhoma terlihat serius
saat menyatakan kesiapannya beradu dengan para politisi senior.
Pandangan lurus sambil jari telunjuknya mengacung. Rhoma terlihat tak
gentar.
Lalu, siapa sosok yang menjadi pesaing beratnya? "Saya
belum bisa berkata begitu karena ini baru wacana, kecuali sudah resmi
menjadi calon presiden diusung oleh partai dulu baru saya bisa bicara lebih lanjut," kata Rhoma.
Tidak termakan politik uang
Persaingan
menjadi calon presiden tidaklah mudah. Di dalam dunia politik, untuk
lobi hingga kampanye seorang kandidat bisa menghabiskan uang yang
banyak. Praktik ini pun disadari oleh Rhoma. Namun, Rhoma tak ingin
larut dalam arus. Pelantun tembang "Judi" ini menegaskan dirinya tidak
akan mengeluarkan uang sepersen pun untuk mewujudkan keinginannya
menjadi capres.
"Saya kan tidak berambisi, maka sepersen pun saya
tidak akan keluarkan uang, apalagi miliaran. Kalau sepersen pun ada
(uang), saya berarti berambisi namanya," kata Rhoma.
Awal mula pencalonan Rhoma menjadi capres juga terbilang tak biasa. Rhoma didaulat oleh sejumlah penggemar
dan ulama untuk maju sebagai capres. "Saya maju ini karena desakan
ulama dan umat. Saya bahkan sempat katakan apakah tidak ada figur lain
selain saya kepada ulama-ulama itu," tutur Rhoma. Bagi Rhoma, jabatan presiden tidaklah menggiurkan, tetapi justru menakutkan lantaran tanggung jawab yang diemban begitu besar.
Kamis, 15 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar